Gambar Sampul IPS · BAB V PROSES TERBENTUKNYA KESADARAN NASIONAL
IPS · BAB V PROSES TERBENTUKNYA KESADARAN NASIONAL
Sugiharso

24/08/2021 13:36:36

SMP 8 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Bab V Proses Terbentuknya Kesadaran Nasional

69

Kesadaran nasional adalah suatu sikap yang dimiliki suatu bangsa berkaitan dengan

tanggung jawab hak dan kewajibannya. Kesadaran nasional ini tumbuh setelah memahami

sejarah bangsanya. Dengan adanya kesadaran nasional akan mampu menumbuhkan

semangat untuk bertindak menentang penjajahan. Salah satu wujud adanya kesadaran itu

adalah pertumbuhan organisasi pergerakan nasional seperti BU, SI, Insulinde, Indische

Partij, dan sebagainya. Disamping itu juga muncul strstegi perjuangan seperti melalui cara

kooperasi, non koperasi. Bangsa Indonesia memperingati hari Kebangkitan Nasionalnya

setiap tanggal 20 Mei. Hal ini mengingatkan kita akan lahirnya Budi Utomo pada tanggal

20 Mai 1908.

Dari uraian berikut ini, kamu akan dapat memahami terbentuknya kesadaran nasional,

identitas Indonesia dan perkembangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia.

BAB

V

PROSES TERBENTUKNYA

KESADARAN NASIONAL DAN

PERKEMBANGAN PERGERAKAN

KEBANGSAAN INDONESIA

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan dapat menguraikan proses terbentuknya

kesadaran nasional, identitas Indonesia dan perkembangan Pergerakan

Kebangsaan Indonesia.

PETA KONSEP

Kata Kunci

kesadaran nasional, pergerakan kebangsaan

TERBENTUKNYA

KESADARAN

NASIONAL

KESADARAN

NASIONAL

Lahirnya Golongan

Intelektual

ORGANISASI

PERGERAKAN

NASIONAL

SUMPAH

PEMUDA

Peranan

Pers

Asas

Kebangsaan

Asas

Agama

Asas

Ekonomi

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII

70

A. TERBENTUKNYA KESADARAN NASIONAL

1. Lahirnya kelompok intelektual

Sistem diskriminasi rasial terjadi dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat baik

dalam bidang politik, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Sistem yang dikembangkan

tersebut dikenal dengan Stelsel Kolonial. Masyarakat terbelah dalam beberapa strata yaitu

orang Belanda asli/totok, Belanda Campuran, Timur Asing dan Bumi Putra (pribumi).

Masyarakat pribumi ini masih memiliki tingkatan-tingkatan seperti golongan bangsawan,

priyayi dan rakyat biasa.

Dalam masalah pendidikanpun juga terjadi diskriminasi, karena sekolah untuk

masyarakat Eropa, Timur Asing dan kelompok bangsawan berbeda dengan sekolah untuk

golongan pribumi. Untuk pribumi adalah sekolah kelas dua, yang hanya untuk kemampuan

membaca dan menulis. Dengan demikian golongan pribumi akan tertinggal dalam bidang

intelektual.

Salah satu ciri masyarakat terjajah, adalah terbatasnya kaum cerdik pandai (intelektual).

Jika ingin merubah semua itu tentunya bagaimana rakyat dapat memperoleh kesempatan

belajar yang selama ini terjadi diskriminasi antara orang Belanda dengan kaum Bumi Putra.

Dalam rangka mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran

ternyata masih ada sekelompok masyarakat di Belanda yang peduli akan nasib rakyat

Indonesia itu.

Pada tahun 1898, dalam majalah

de Gids

, dia menulis artikel berjudul

Een Ereschuld

(

Hutang Kehormatan

atau

Hutang Budi

). Dijelaskannya bahwa Belanda banyak menyengsarakan

rakyat Indonesia. Telah begitu besar kekayaan Indonesia mengalir ke Belanda (

politik batig

slof

). Untuk itu, perlu ada pengembalian kepada bangsa Indonesia oleh pemerintah Belanda,

karena itu merupakan suatu hutang.

Terbatasnya kaum cerdik pandai oleh karena bidang pendidikan bukan menjadi prioritas

Belanda. Pada masa VOC keinginan Belanda adalah bagaimana memperoleh kekayaan

sebanyak-banyaknya. Itulah sebabnya diambil kebijakan monopoli perdagangan. Sistem

Tanam Paksa yang dilakukan oleh Belanda ternyata membawa kesengsaraan yang luar biasa

bagi rakyat Indonesia. Pelaksanaan sistem tanam paksa telah mengakibatkan rakyat Indonesia

menderita.

Namun karena desakan dari berbagai pihak terutama dari kalangan kaum liberal di

negeri Belanda lahir kemudian politik etis. Kebijaksanaan yang diambil sebagai balas budi

adalah dengan menerima konsep Th. C. Van Deventer yang dituangkan dalam trilogi, yang

meliputi i

rigasi, emigrasi,

dan

edukasi

.

Di atas telah disebutkan, bahwa sistem pendidikan kolonial bersifat diskriminatif. Pada

mulanya, diperkenalkan Sekolah Kelas Dua untuk anak-anak pribumi dan Sekolah Kelas Satu

untuk anak-anak pegawai negeri, orang-orang yang punya kedudukan dalam masyarakat,

dan masyarakat golongan “berpunya”. Bagi golongan Eropa dan para bangsawan disediakan

Sekolah Rendah. Sejak Abad ke-20 dibuka sistem sekolah desa atau

Volksschool

yang lamanya

tiga tahun. Bagi yang akan melanjutkan, disediakan sekolah sambungan (

Vervolgschool

) selama

dua tahun.

Bab V Proses Terbentuknya Kesadaran Nasional

71

Perkembangan sistem pendidikan itu sebenarnya menjadi bumerang bagi Belanda di

Indonesia. Walaupun sistem pendidikan Barat memperkenalkan sistem nilai Barat, akan tetapi

rasa kebangsaan rakyat Indonesia tidaklah luntur. Hal itu terlihat dari munculnya semangat

kebangsaan, yang kemudian menjadi sebuah gerakan. Muncullah tokoh-tokoh pergerakan

nasional, seperti dr. Sutomo, dr. Wahidin Sudirohusodo, dan Surjadi Suryaningrat, tidak

dapat dilepaskan dari adanya kemajuan dalam bidang pendidikan tersebut. Melalui ilmu

yang diperoleh di bangku sekolah, kesadaran mereka justru tumbuh subur untuk menyusun

kekuatan, yang kemudian menjelma menjadi organisasi modern. Semua itu tidak terlepas

dari munculnya para intelektual yang akhirnya menjadi pelopor pergerakan nasional.

Sumber; SNI Jilid V

Gambar 5.1

Gedung Kebangkitan Nasional Jakarta

Untuk mendukung pelaksanaan Politik Etis, pemerintah Belanda mencanangkan

Politik Asosiasi dengan semboyan uni

fi

kasi. Politik Asosiasi berkaitan dengan sikap damai

dan menciptakan hubungan harmonis antara Barat (Belanda) dan Timur (Rakyat pribumi).

Dengan Politik Asosiasi dan semboyan uni

fi

kasi, akan terjadi suatu

proses pembelandaan

terhadap rakyat Indonesia. Namun demikian ternyata cara yang dilakukan Belanda ini

tidak memperoleh sambutan dari rakyat Indonesia sehingga kebijakan ini tidak membawa

hasil. Mereka berpandangan bahwa bangsa Belanda merasa superior, lebih kuat dan unggul,

sehingga politik Asosiasi justru menimbulkan hubungan yang paternalistik. Belanda berperan

sebagai Bapak dan Indonesia sebagai anak yang masih harus dibina.

Setelah dilaksanakannya Politik Etis sebagai salah satu kebijakan pemerintah Hindia

Belanda, banyak lembaga pendidikan mulai berdiri. Namun demikian ternyata diskriminasi

rasial menjadi salah satu hambatan masuk sekolah. Sistem pendidikan juga dikembangkan

disesuaikan dengan status sosial masyarakat (Eropa, Timur Asing dan Bumiputra). Untuk

kelompok bumiputra masih diwarnai oleh status keturunan yang terdiri dari kelompok

bangsawan kaum priyayi dn rakyat jelata.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka struktur pendidikan terdiri dari pendidikan

dasar yang didalamnya ada ELS (

Europese Legerschool

) dan HIS (

Holandsch Inlandschool

) untuk

keturunan Indonesia asli yang berada pada golongan atas. Sedangkan untuk golongan

Indonesia asli dari kelas bawah disediakan Sekolah Kelas Dua.

Dalam pendidikan tingkat menengah ada HBS (

Hogere Burger School

) MULO (

Meer

Uitegbreit Ondewijs

), AMS (

Algemene Middelbare Aschool

). Disamping itu juga ada beberapa

sekolah kejuruan/keguruan seperti

Kweek School, Normaal School

.

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII

72

Untuk pendidikan tinggi, ada Pendidikan Tinggi Teknik (

Koninklijk Instituut voor Hoger

Technisch Ondewijs in Nederlandsch Indie

), Sekolah Tinggi Hukum (

Rechschool

), dan Sekolah

Tinggi Kedokteran yang berkembang sejak dari Sekolah Dokter Jawa, STOVIA, NIAS dan

GHS (

Geneeskundige Hogeschool

).

Pendidikan kesehatan (kedokteran tersebut di atas) yang sejak 2 Januari 1849 semula

lahir sebagai Sekolah Dokter Jawa, kemudian pda tahun 1875 diubah menjadi Ahli Kesehatan

Bumiputra (

Inlandsch Geneeskundige

). Dalam perkembangannya pada tahun 1902 menjadi

dokter Bumiputra (

Inlandsch Arts

). Sekolah ini diberi nama STOVIA (

School tot Opleiding van

Indische Artsen

) yang kemudian pada tahun 1913 diubah menjadi NIAS (

Nederlandsch Indische

Artsenschool

).

Di atas telah dikatakan bahwa munculnya sistem pendidikan tidak dapat dipisahkan

dengan politik etis. Dari sinilah mulai adanya perhatian terhadap perkembangan pendidikan

mengingat salah satu dari Trilogi van Deventer secara eksplisit menyebutkan mengenai

edukasi.

Jika dikaitkan dengan lahirnya pergerkan nasional, peranan lulusan sekolah Belanda

memiliki posisi yang sangat penting. Hal ini terbukti dengan kehadirannya sebagai pelopor

dalam pergerakan nasional dengan mendirikan organisasi seperti studie Fond maupun Budi

Utomo.

2. Peranan Pers Dalam Pergerakan Nasional

Salah satu hal mendasar yang dialami oleh para pejuang, khususnya pada masa

pergerakan nasional adalah bagaimana mengkomunikasikan perjuangan itu pada pihak lain.

Kurangnya komunikasi ini dapat memberikan dampak negatif dalam sebuah perjuangan.

Komunikasi sangat bermanfaat dalam upaya mengkoordinasikan perjuangan. Salah satu

sarana yang dapat dipergunakan untuk mengkomunikasikan perjuangan itu adalah melalui

pers. Ketajaman “pena” pers itu dapat memberikan motivasi pada para pejuang, sebab

bagaimanapun sebuah terbitan pasti memiliki “warna” dan nuansa yang subjektif.

Secara umum, pers harus mampu memeperjuangkan objektivitas, menjadi alat

pendidikan, alat penyalur aspirasi, sebagai lembaga pengawasan dan juga sebagai upaya

untuk penggalangan opini umum. Dengan demikian, pers dapat berfungsi sebgai alat

perjuangan bangsa. Bagi bangsa Indonesia pada masa pergerakan nasional itu, pers dapat

berfungsi sebagai alat propaganda demi kepentingan bangsa Indonesia. Oleh karena itu,

kedudukan pers amat penting. Pers yang berbahasa Melayu, dalam perjuangan bangsa

Indonesia, amat penting karena dapat menarik pembaca dari kelompok Bumi Putra.

Keberadaan pers yang berbahasa Melayu merupakan ancaman bagi pers Belanda atau pers

Tionghoa. Oleh karena itu, dalam usaha untuk menarik pembaca, pemerintah Belanda juga

menerbitkan pers berbahasa Melayu.

Pers mampu memberikan sumbangan terhadap timbulnya kesadaran bangsa Indonesia.

Sebagai contoh, setelah Budi Utomo didirikan pada tanggal 20 Mei 1908, surat edaran yang

berkaitan dengan pendirian BU itu dimuat dalam Surat Khabar

De Locomotif

dan

Bataviaasch

Nieuwsblad

. Hal yang sama juga dilakukan oleh majalah Jong Indie. Pemuatan surat edaran

Bab V Proses Terbentuknya Kesadaran Nasional

73

pendirian Budi Utomo itu memberikan nilai positif karena masyarakat segera tahu sesuatu

telah terjadi.

Memperingati 100 tahun bebasnya negara ini dari kekuasaan Perancis mendapatkan

reaksi yang amat keras. Hal itu terlihat dari pemuatan tulisan Suwardi Surjaningrat dalam

surat kabar

de’ Express

(surat kabar yang dimiliki Indische Partij). Peranan pers tidak terbatas

pada terbitan di Hindia Belanda. Di luar negeri pun (negeri Belanda) Perhimpunan Indonesia

menerbitkan Indonesia Merdeka. Penerbitan tersebut memberikan sumbangan besar dalam

mengkomunikasikan perjuangan bangsa Indonesia di luar negeri. Ini terbukti dari seringnya

Perhimpunan Indonesia mengikuti pertemuan internasional.

Tugas 5.1

Diskusikan dengan teman sebangku tentang hal-hal berikut.

1. Siapakah tokoh partai liberal di negeri Belanda yang berinisiatif memperhatikan

masalah pendidikan ?

2. Mengapa disebut “hutang budi” ?

3. Sebutkan jenis-jenis lembaga pendidikan yang ada !

4. Mengapa dengan pendidikan kemudian tumbuh cinta tanah air ?

5. Apakah ada hubungan antara surat kabar dan keinginan untuk bersatu ?

B. MUNCULNYA ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL

Nasionalisme jika dilihat dari aspek bahasa, memiliki

akar kata

Natie

(Belanda), atau

nation

(Inggris) yang berarti

bangsa. Nasionalisme adalah faham yang berkaitan

denga kecintaan terhadap tanah air. Orang yang bersifat

nasionalis adalah orang yang mencintai bangsa dan tanah

airnya. Kehadiran Jong Java mendorong lahirnya beberapa

perkumpulan serupa, seperti lahirnya Pasundan,

Jong

Sumatranen Bond

, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon,

Jong Selebes,

Timorees ver Bond

, PPPI (Perhimpunan Pelajar-

Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia/ Jong Indonesia,

Jong Islamienten Bond

, Kepanduan,

dan sebagainya. Semua organisasi tersebut mendorong timbulnya kesadaran nasional bangsa

Indonesia.

1. Budi Utomo (BU)

Budi Utomo sebagai pelopor Pergerakan Nasional Indonesia memiliki semboyan hendak

meningkatkan martabat rakyat. Mas Ngabehi Wahidin Sudiro Husodo, seorang dokter di

Yogyakarta dan termasuk golongan priyayi rendahan. Dalam tahun 1906 dan 1907 mulai

mengadakan kampanye di kalangn priyayi di pulau Jawa.

Di bawah pimpinan Wahidin Sudirohusodo, diupayakan pengumpulan dana untuk

memajukan pendidikan di Indonesia. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, didirikan

Studie

Fond

. Studie ini merupakan badan yang bertujuan mengumpulkan dana untuk memberikan

Pada masa pergerakan nasional

banyak sekali muncul organisasi-

organisasi. Ada yang bersifat

politik, agama, ekonomi,budaya,

pendidikan, pemuda, dan wanita.

Agar Anda lebih memahami

organisasi tersebut simaklah

dengan seksama teks berikut.

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII

74

kesempatan yang lebih luas kepada bangsa Indonesia dalam memperoleh pendidikan dan

pengajaran di sekolah.

Cita-cita luhur itu ternyata kurang

memperoleh dukungan, khususnya, dari

golongan priyayi. Usaha Wahidin Sudiro

Husodo tersebut, ternyata mempengaruhi jiwa

Sutomo, seorang mahasiswa STOVIA Jakarta.

Pada tanggal 20 Mei 1908, para mahasiswa

STOVIA memproklamasikan berdirinya Budi

Utomo. Pada kesempatan itu, Sutomo ditunjuk

sebagai ketuanya. Organisasi yang baru berdiri

itu menentukan keanggotaannya, dari golongan

terpelajar (intelektual).

Pada awalnya, Budi Utomo bukanlah organisasi politik. Hal itu dapat dilihat dari tujuan

yang ingin dicapainya. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mengupayakan hubungan kekeluargaan atas segenap bangsa Bumi Putera,

b. Mengadakan perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah,

c. Mendirikan badan wakaf yang akan mengumpulkan dana untuk kepentingan belanja

anak-anak sekolah, dan

d. Memajukan kebudayaan dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam upaya

mencapai kehidupan yang layak.

Budi Utomo mengadakan Kongres pertama di Yogyakarta, pada tanggal 3 Oktober

sampai dengan 5 Oktober 1908. Dalam kongres yang dihadiri delapan cabang tersebut,

dihasilkan susunan pengurus sebagai berikut:

Ketua

: Raden Tumenggung Aryo Tirtokusumo (Bupati Karanganyar)

Wakil Ketua : Wahidin Sudiro Husodo

Sekretaris I : Mas Ngabei Dwidjosewojo

Sekretaris II : Raden Sostrosugondo

Bendahara

: Raden Mas Panji Gondoatmodjo

Komisaris

: Raden Mas Arjo Surdiputro, R.M. Panji Gondosumarjo, R. Djojosubroto, dan

Tjipto Mangunkusumo.

Terpilihnya R.T.A. Tirtokusumo, seorang bupati, ialah untuk lebih memberikan kekuatan

pada Budi Utomo, walaupuin dipilihnya karena ditunjuk oleh Gubernur Jenderal. Sebagai

bupati, ia diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam menggalang keanggotaan

Budi Utomo. Oleh karena ketuanya seorang bupati, Budi Utomo memilih garis perjuangan

kooperasi, artinya bersedia bekerjasama dengan Pemerintah Kolonial Belanda.

Budi Utomo merupakan pelopor organisasi moderen. Organissi ini menjadi model bagi

gerakan berikutnya. Walaupun ruang lingkup kegiatan Budi Utomo terbatas pada golongan

terpelajar dan wilayahnya meliputi Jawa, Madura dan Bali, akan tetapi Budi Utomo menjadi

tonggak awal kebangkitan nasional. Karena itu, oleh Bangsa Indonesia, kelahiran Budi Utomo

Sumber; SNI Jilid V

Gambar 5.2

Mahasiswa STOVIA Jakarta

Bab V Proses Terbentuknya Kesadaran Nasional

75

diperingati sebagai

Hari Kebangkitan Nasional

. Keputusan tersebut tertuang dalam Keputusan

Presiden Republik Indonesia, Nomor 31, tanggal 16 Desember 1959.

2. Sarekat Islam (SI)

Semula, organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan pada tahun

1911 oleh Haji Samanhudi. Kelahiran SDI didorong dengan adanya keinginan untuk bersaing

dengan pedagang Tionghoa dalam monopoli perdagangan batik di Solo. Dengan sistem

monopoli yang dilakukan oleh para pedagang Tionghoa itu, para pengrajin batik yang ada

di Solo sangat dirugikan, terutama dalam penentuan harga.

SDI didirikan di Kota Solo oleh H. Samanhudi dengan maksud untuk memajukan

perdagangan di bawah panji-panji Islam, SDI juga memiliki tujuan seperti yang terumus

dalam anggaran dasarnya sebagai berikut,

a. Mengembangkan jiwa berdagang,

b. Memberi bantuan kepada para anggotanya yang mengalami kesukaran,

c. Memajukan pengajaran dan mempercepat naiknya derajat Bangsa Bumi Putra, dan

d. Menggalang persatuan umat Islam khususnya dalam memajukan kehidupan Agama

Islam.

Ruang lingkup keanggotaan SDI terbatas (hanya pedagang yang beragama Islam). Itu

merupakan penghalang bagi upaya SDI untuk menjangkau keanggotaan yang lebih luas.

Oleh karena itu, ada keinginan agar SDI menjelma menjadi organisasi massa. Untuk itu, pada

tahun 1912, Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Dengan perubahan itu,

Sarekat Islam menjadi organisasi yang terbuka sehingga memungkinkan untuk menjangkau

keanggotaan yang lebih banyak karena Islam menjadi identitas pribumi.

Sarekat Islam berkembang dengan pesat karena Agama Islam menjadi motivasinya.

Perkembangan Sarekat Islam amat mengkhawatirkan Belanda. Dalam rangka memantapkan

keberadaan Sarekat Islam, ada upaya untuk mendapatkan badan hukum dari Pemerintah

Kolonial Belanda. Karena itu, Sarekat Islam mengajukan badan hukum. Keinginan tersebut,

ternyata ditolak oleh Belanda, yang memperoleh badan hukum justru Sarekat Islam lokal,

sehingga terjadi perpecahan diberbagai daerah.

Perpecahan semula terjadi antara Agus Salim dan Abdul Muis dengan Semaun.

Kedua tokoh itu memiliki pandangan yang bertolak belakang. Agus Salim adalah seorang

yang agamis (religius), sedangkan Semaun seorang sosialis (bahkan komunis). Dalam

Kongres Sarekat Islam, tahun 1921, dilakukan disiplin partai. Tidak diperkenankan adanya

keanggotaan rangkap maupun jabatan rangkap antara SI dengan oraganisasi lain.

3. Perhimpunan Indonesia

Orang-orang Indonesia yang ada di Negeri Belanda pada tahun 1908, mendirikan

organisasi yang diberi nama

Indische Vereniging

. Pelopor berdirinya organisasi ini adalah

Sultan Kasayangan seorang mahasiswa dan Noto Suroto seorang penyair dari Jogjakarta.

Tujuan yang dirumuskan oleh organisasi ini adalah memajukan kepentingan bersama atas

orang-orang yang berasal dari Indonesia, baik yang pribumi maupun nonpribumi, yang ada

di Negeri Belanda. Dalam perkembangannya,

Indische Vereniging

, pada tahun 1925, diganti

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII

76

namanya menjadi Perhimpunan Indonesia, dan sejak itu nama perkumpulan ini menggunakan

istilah “Indonesia”. Hal ini menjadi penting karena mulai digunakan kata Indonesia sebagai

upaya menunjukkan identitas kita.

Kedatangan tokoh-tokoh pergerakan nasional ke Negeri Belanda seperti Tjipto

Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, dan Muhammad Hatta sangat menguntungkan

perkembangan Perhimpunan Indonesia. Pada masa kepemimpinan Muhammad Hatta,

aktivitas Perhimpunan Indonesia semakin meluas.

Sumber; SNI Jilid V

Gambar 5.3

Para Pemimpin PI

Perhimpunan Indonesia banyak mengikuti pertemuan internasional, seperti konferensi

internasional yang diadakan di Paris dan Belgia, sehingga mereka dapat mengomunikasikan

perjuangan Bangsa Indonesia kepada dunia internasional. Perjuangannya bersifat

non-cooperasi

dan

self help

. PI memiliki media, yaitu majalah Hindia Putra. Melalui media ini perjuangan

dan cita-cita Bangsa Indonesia disampaikan kepada pihak lain. Untuk lebih menunjukkan

sifat ke-Indonesiaannya, nama Hindia Putra diganti menjadi Indonesia Merdeka. Keberadaan

PI dalam sejarah Pergerakan Nasional memiliki arti penting mengingat organisasi itu juga

membuka keanggotaannya untuk semua mahasiswa yang ada di Hindia Belanda.

4. Indische Partij (IP)

Indische Partai didirikan pada tanggal 2 Desember 1912 sebagai organisasi politik

didirikan oleh Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Surjaningrat, dan seorang keturunan Belanda

yaitu E.F.E. Douwes Dekker.

Pendirian

Indische Partij

juga dimaksudkan untuk menggantikan

Indische Bond

yang

merupakan organisasi orang-orang Indo dan Eropa di Indonesia. Tujuan yang ingin dicapai

oleh

Indische Partij

adalah membangun patriotisme sesama “

Indiers

” terhadap tanah air

yang memberi lapangan hidup kepada mereka. Tujuannya adalah bekerja sama atas dasar

persamaan ketatanegaraan dalam memajukan tanah air.

Dalam upaya mempertahankan keberadaannya sebagai organisasi, para pemimpinnya

berupaya agar mendapatkan pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda. Akan tetapi usaha

itu gagal karena pemerintah Hindia Belanda dengan segala cara selalu melarang berdirinya

organisasi yang dianggap membahayakan.

Bab V Proses Terbentuknya Kesadaran Nasional

77

Dengan semboyan

Indie voor Indier

s yang artinya Indonesia untuk Bangsa Indonesia,

organisasi itu berusaha membangkitkan semangat cinta tanah air walaupun tanpa badan

hukum. Karena gerakannya yang radikal, organisasi itu dianggap berbahaya. Akibatnya,

para pemimpinnya mendapatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas organisasi. Lebih-

lebih setelah terjadi polemik Suwardi Surjaningrat dengan pemerintah Belanda dalam

artikelnya “

Als ik een Nederlanders was

” yang dimuat dalam

de’Express

. Polemik itu terjadi

setelah tulisaannya itu diterjemahkan dalam bahasa Melayu/Indonesia. Akibatnya para

pemimpinnya ditangkap dan diasingkan ke negeri Belanda.

5. Indische Social Democratische Vereniging (ISDV)

Para pegawai Belanda di Indonesia, semula,

mendirikan

Indische Social Democratische Veregining

(ISDV). Dalam perkembangannya, ISDV, pada tanggal

20 Mei 1920, diubah menjadi Partai Komunis Hindia.

Setelah itu, diubah lagi menjadi Partai Komunis

Indonesia (PKI). Pengurusnya ialah Semaun (Ketua),

Darsono (Wakil Ketua), Bergsma (Sekretaris) dan

anggota pengurus yang terdiri dari Baars, Sugono,

dan H.W. Dekker sebagai bendahara. Partai Komunis

Indonesia (PKI) secara resmi berdiri tanggal 23 Mei

1920. Tokoh yang ada di belakang pendirian PKI adalah

Sneevlit, seorang pegawai Belanda yang dikirim ke

Indonesia.

Pada tanggal 13 November 1926, PKI mengadakan pemberontakan di Banten, Sumatera

disusul tindakan kekerasan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Banyak penangkapan

terhadap tokoh perjuangan, yang dibuang ke Digul dan Tanah Merah.

6. Partai Nasional Indonesi (PNI)

Partai Nasional Indonesia (PNI) lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927. Kelahiran PNI

tidak terlepas dari peranan

Algemeen Studie Club

, yaitu suatu kelompok studi para mahasiswa

di Bandung. Rapat pendirian PNI, dihadiri oleh Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangunkusumo,

Sudjadi, Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo, Mr. Budiarto dan Mr. Soenarjo. Pada rapat pendirian

tersebut, terbentuklah susunan pengurus yang disahkan dalam kongres PNI pertama di

Surabaya tanggal 27 sampai 30 Mei 1928. Susunan pengurusnya adalah sebagai berikut:

Ketua/Pemuka

: Ir. Soekarno

Sekretaris/Bendahara : Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo

Anggota : dr. Samsi

Mr. Sartono

Mr. Soenarjo

Ir. Anwari

Sumber; SNI Jilid V

Gambar 5.4

Tiga Serangkai Indische Partij

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII

78

Dalam Kongres tersebut juga mengesahkan program kerja yang meliputi bidang politik

untuk mencapai Indonesia merdeka, memajukan perekonomian nasional, dan memajukan

pelajaran nasional. Oleh karena itu, dalam mewujudkannya kemudian didirikan sekolah-

sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional, dan perkumpulan koperasi. Garis perjuangan

PNI adalah

non-cooperative

, artinya tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial

Belanda.

Karena ketatnya pengawasan politik oleh pihak kolonial Belanda, para tokoh PNI

kemudian ditangkap pada tahun 1930. Akibatnya, Soekarno, Gatot Mangkuprodjo, Markum

Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dajatuhi hukuman oleh pengadilan Bandung.

Dalam sidang tersebut, Soekarno menulis pembelaan deangan judul

Indonesia Menggugat.

Penangkapan terhadap tokoh PNI merupakan pukulan berat sehingga menggoyahkan

kehidupan partai tersebut. Dalam suatu kongres luar biasa di Jakarta tanggal 25 April 1931,

diambil keputusan bahwa PNI dibubarkan. Pembubaran PNI ini membawa perpecahan pada

para pendukungnya. Sartono kemudian mendirikan Partindo sedangkan Moh. Hatta dan

Sutan Syahrir mendirikan PNI Baru (Pendidikan Nasional Indonesia).

7. Permufakatan Perhimpunan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia

(PPPKI)

Pendirian PPPKI atas usul PNI bersama-sama Sarekat Islam, BU, Pasundan,

Sumatransche

Bond

, Kaum Betawi,

Indonesische Studie Club

, dan

Algmeen Studie Club

. Kesepakatan itu terjadi

dalam rapat tanggal 17 sampai 18 Desember 1927. Tujuan yang ingin dicapai dari federasi

ini adalah kesatuan aksi dalam menghadapi imperialisme Belanda.

Sebagai suatu federasi dari gerakan kebangsaan PPPKI, mampu mengordinasikan

gerakan yang ada, baik yang radikal maupun yang maderat. Upaya PPPKI yang memberikan

sumbangan terhadap perjuangan Bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:

a. PPPKI mendirikan badan yang bertugas memberikan bantuan terhadap pembebasan

pelajar di negeri Belanda.

b. PPPKI mengadakan rapat tahun 1930 karena terjadinya penangkapan terhadap para

pemimpin

Frond Nasional

yang diharapakan dapat memberikan bantuan terhadap

keluarga yang ditinggalkan karena masuk penjara Belanda.

c. PPPKI ikut menghadiri Kongres Indonesia Raya tahun 1932. Dalam kongres itu

diusahakan peredaan ketegangan diantara organisasi-organisasi politik yang ada di

Indonesia.

8. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)

TekananPemerintahan Kolonial Belanda mengakibatkan PPPKI sebagai suatu federasi

tidak dapat menjalankan fungsinya. Oleh karena itu, dalam rapat pendirian

Concentrasi

Nasional

yang diadakan tanggal 21 Mei 1939 di Batavia, didirikan GAPI, sebuah federasi baru.

Yang menjadi anggotanya adalah Parindra, Gerindro, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII,

PII, dan Partai Katolik. Yang menjadi latar belakang berdirinya GAPI adalah:

a. kegagalan Petisi Sutardjo,

b.

kegentingan nasional akibat timbulnya bahaya fasis, dan

Bab V Proses Terbentuknya Kesadaran Nasional

79

c. sikap pemerintah kolonial Belanda yang kurang memperhatikan kepentingan Bangsa

Indonesia.

Di dalam anggaran dasarnya, GAPI mencantumkan hak untuk menentukan sendiri,

persatuan nasional, dan persatuan aksi seluruh pergerakan Indonesia. Semboyan yang

dikumandangkan dalam konferensi pertamanya tanggal 4 Juli 1939 adalah

Indonesia

berparlemen

. GAPI mengeluarkan pernyataan yang dikenal dengan nama

Manifesto GAPI

yang isinya menyerukan kepada semua pihak untuk waspada terhadap bahaya

fi

sis. Untuk

pertama kalinya, GAPI dipimpin oleh M.H. Husni Tamrin, Amir Syarifuddin, dan Abikusno

Tjokrosujono.

9. Partai Indonesia Raya (Parindra)

Adanya tekanan terhadap organisasi politik

non cooperative

oleh pemerintah kolonial

Belanda, menyebabkan

Studie Club

mulai memfungsikan dirinya dalam membina kader-kader

bangsa. Karena itulah,

Indonesische Studie Club

Surabaya

yang dipimpin oleh dr. Sutomo mulai

mengembangkan pengaruhnya di kalangan masyarakat. Diubahlah

Indonesische Studie Club

menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) pada tahun 1931. PBI merupakan salah satu cikal

bakal dari Parindra.

Tugas 5.2

Buatlah kelompok diskusi yang terdiri dari 5-6 orang, kemudian diskusikan masalah-

masalah berikut.

1. Apakah yang menjadi tujuan pokok didirikannya Budi Utomo ?

2. Sarekat Islam lebih luas dibandingkan SDI, mengapa demikian ?

3. Kapan nama Indonesia mulai dipakai dalam organisasi pergerakan? Dan organisasi

apa ?

4. Siapakah orang Belanda yang turut mendirikan Indeche Partij ?

5. Jelaskan proses berdirinya PPKI !

6. Sebutkan surat-surat kabar yang turut dalam masa pergerakan nasional !

C. SUMPAH PEMUDA DAN TERBENTUKNYA IDENTITAS BANGSA

Peranan pemuda dalam pergerakan nasional dimulai

sejak berdirinya Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908. Dalam

perkembangan selanjutnya, organisasi itu lebih banyak

diikuti oleh golongan tua. Oleh karena itu, para pemuda selalu

ingin menggalang kekuatan yang merupakan pencerminan

aktivitas para pemuda. Pada tanggal 7 Maret 1915, di

Jakarta, para pemuda seperti dr. R. Satiman Wirjosandjojo,

Kadarman, dan Sunardi mendirikan organisasi kepemudaan

yang keanggotaannya terdiri dari anak sekolah menengah

di Jawa dan Madura. Perkumpulan itu diberi nama

Trikoro

Dharmo. Trikoro Dharmo

artinya tiga tujuan mulia yang

Istilah Indonesia mulai muncul

yang disuarakan oleh berbagai

kalangan, baik itu tertera dalam

tujuan perkumpulan seperti

pemuda, perempuan maupun

keputusan yang dihasilkan

dalam suatu pertemuan yang

dilakukan seperti dalam Sumpah

Pemuda

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII

80

meliputi:

sakti, budi,

dan

bakti

. Tujuan perkumpulan ini adalah mencapai Jawa Raya dengan

cara memperkokoh rasa persatuan antar pemuda Jawa, Madura, Sunda, Bali, dan Lombok.

Dalam rangka untuk mewujudkan persatuan, pada kongres di Solo tanggal 12 Juli 1918,

Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Tujuan yang ingin dicapai ialah mendidik para

anggota supaya kelak dapat memberikan tenaganya untuk membangun Jawa Raya. Cara yang

harus ditempuh untuk mewujudkan tujuan itu adalah mempererat perasatuan, menambah

pengetahuan anggota serta berusaha menimbulkan rasa cinta pada budaya sendiri. Dalam

perjuangannya, Jong Java tidak melibatkan diri dalam masalah politik.

Kehadiran Jong Java ini mendorong lahirnya beberapa perkumpulan serupa, seperti

lahirnya Pasundan,

Jong Sumatranen Bond

, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong

Selebes,

Timorees ver Bond

, PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia/

Jong Indonesia,

Jong Islamienten Bond

, Kepanduan, dan sebagainya. Di samping gerakan-

gerakan pemuda, juga terdapat organisasi wanita seperti Puteri Indonesia, Aisijah, Wanita

Sarekat Ambon, dan Organisasi Wanita Taman Siswa.

Keberadaan organisasi yang bersifat kedaerahan itu melahirkan keinginan untuk

menciptakan wadah tunggal pemuda Indonesia. Kongres Pemuda Pertama dilaksanakan

mulai tanggal 30 April 1926 sampai dengan 2 Mei 1926 di Jakarta.

Tujuan yang ingin dicapai dalam Kongres Pemuda I ini adalah menanamkan semangat

kerja sama antar perkumpulan pemuda di Indonesia. Oleh karena itu, ada upaya untuk

membentuk wadah federasi dari organisasi pemuda Indonesia. Pada tanggal 31 Agustus

1926, disahkan perhimpunan baru yang bernama

Jong Indonesia

.

Perjuangan untuk menyatukan kehendak para pemuda akhirnya menjadi kenyataan. Atas

inisisatif PPPI, pada tanggal 27-28 Oktober 1928, dilaksanakan Kongres Pemuda Indonesia

II yang tujuannya:

1. Melahirkan cita-cita semua perkumpulan pemuda-pemuda Indonesia,

2. Membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia,

3.

Memperkuat kesadaran kebangsaan Indonesia dan memperteguh persatuan Indonesia.

Kongres yang mengambil keputusan untuk mengadakan fusi dan berbagai perkumpulan

pemuda itu akhirnya melahirkan suatu momentum yang berupa Sumpah Pemuda yang

rinciannya sebagai berikut:

PERTAMA:

KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE

BERTOEMPAH DARAH SATOE, TANAH INDONESIA

KEDUA:

KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE

BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA

KETIGA:

KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE

MENJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA

Keputusan yang kemudian disebut

Sumpah Pemuda

oleh Bangsa Indonesia tersebut

diperingati tiap tahun sebagai “Hari Sumpah Pemuda” dan sekaligus “Hari Pemuda

Bab V Proses Terbentuknya Kesadaran Nasional

81

Indonesia”. Selain mengucapkan sumpah, pada saat itu diperkenalkan “Lagu Kebangsaan

Indonesia Raya” yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman danpengibaran bendera

“Pusaka” Sang Merah Putih.

Walaupun telah menghasilkan Sumpah Pemuda, para pemuda belum mampu

menciptakan fusi wadah bagi para pemuda Indonesia. Walaupun demikian, dengan

tercetusnya Sumpah Pemuda itu, telah memberikan bukti atas ketegasan konsepsi perjuangan

bangsa Indonesia yang bersatu dan berdaulat.

Tekad untuk persatuan itu akhirnya menjadi kenyataan setelah tanggal 31 Desember 1930

dalam Konferensi Pemuda di Solo terbentuk “Indonesia Moeda”. Hal tersebut memberikan

bukti bahwa para pemuda kita lebih mengutamakan persatuan dan kepentingan bangsa

daripada kepentingan pribadi, golongan, maupun kedaerahan. Dengan demikian, kehadiran

Indonesia Moeda merupakan pelopor dalam upaya secara nyata untuk mengutamakan

persatuan dan kesatuan bangsa.

Sumber: SNI Jilid V

Gambar 5.5

Kongres Perempuan Tahun 1928 di Yogyakarta

Disamping gerakan pemuda, gerakan wanita juga tidak tinggal diam. Hal ini nampak

dari berdirinya Putri Indonesia, Aisiyah (bagian wanita Muhammadiyah), Wanita Serikat

Ambon, dan Organisasi Wanita Taman Siswa.

Tugas 5.3

Diskusikanlah bersama teman-temanmu dalam kelompok yang terdiri dari sampai 6

orang permasalahan berikut, kemudian presentasikan di depan kelas:

1. Kapankah Perhimpunan Indonesia mulai mempergunakan istilah Indonesia dan

dimana kamu menemukan dalam Perhimpunan Indonesia itu ?

2. Sebutkan kelompok pemuda dari mana saja yang ikut dalam Kongres Pemuda II

yang menghasilkan Sumpah Pemuda ?

3. Sebutkan gerakan-gerakan kewanitaan yang memberikan sumbangan terhadap

munculnya kesadaran kaum wanita Indonesia !

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII

82

Rangkuman

Selama bangsa Indonesia yang berada dalam genggaman penjajahan Belanda,

sistem pendidikan yang dikembangkan bersifat diskriminasi. Ini terbukti dari kecilnya

kesempatan memperoleh pendidikan pada penduduk bumi putra. Kesempatan lebih

banyak diberikan pda masyarakat dari golongan eropa, kaum priyayi, para bangsawan

dan kelompok timur asing.

Politik Etika memberikan peluang lebih besar terhadap usaha memperoleh

kesempatan belajar, melalui Trilogi yang diusulkan oleh Van Deventer.

Kelompok terpelajar/kaum intelektual menjadi pelopor dalam sejarah pergerakan

bangsa Indonesia. Dari mereka itulah kemudian muncul organisasi pergerakan

khususnya Budi Utomo yang kemudian menjadi pelopor pergerakan nasional.

Pemakaian istilah Indonesia sebagai nama Perhimpunan Indonesia memberikan

motivasi dalam munculnya kesadaran nasional.

Dalam perkembangannya, muncul organisasi pergerakan dengan berbagai macam

latar belakang. Ada yang berlatar belakang politik, agama, pemuda, pelajar, wanita.

Dilihat dari strategi perjuangannya, ada yang kooperasi (bekerjasama dengan

Belanda), ada juga yang non kooperasi (tidak mau bekerjasama dengan Belanda, ada

yang bersifat moderat dan ada yang radikal.

Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 melahirkan Sumpah Pemuda yang secara materiil

mengikat persatuan bangsa Indonesia .

Latihan

A. Pilihlah salah satu jawaban a,b,c atau d yang paling tepat

1. Salah satu dari Trias Van Deventer adalah ....

a. transmigrasi

b. imigrasi

c. emigrasi

d. urbanisasi

2. Pada awal berdirinya, Budi Utomo merupakan organisasi yang bergerak di bidang ....

a. sosial dan ekonomi

b. sosial dan politik

c. pendidikan dan kebudayaan

d. sosial dan budaya

Bab V Proses Terbentuknya Kesadaran Nasional

83

3. Organisasi pergerakan pertama yang berdiri sebagai organisasi bersifat politik

adalah...

a. Budi Utomo

b. Indische Partij

c. Sarekat Islam

d. Gerindo

4. Kelompok Studi Indonesia yang berdiri di Surabaya berubah namanya menjadi ....

a. Partai Nasional Indonesia

b. Persatuan Bangsa Indonesia

c. Parindra

d. Gerindo

5. Di negeri Belanda didirikan organisasi perjuangan oleh para pelajar Indonesia. Organisasi

tersebut adalah...

a. Perhimpunan Bumi Putra

b. Perhimpunan Indonesia

c. Perhimpunan Pemuda Indonesia

d. Perhimpunan pelajar Indonesia

6. Setelah PNI dibubarkan tahun 1930, Hatta dan Syahrir pendidikan partai politik yang

dianggap penjelmaan dari PNI. Partai yang dimaksud bernama ..

a. Parindra

b. Gapi

c. PNI Pendidikan

d. Gerindo

7. Garis perjuangan partai politik ada yang radikal dan ada yang moderat. Yang dapat

dimasukkan dalam partai moderat adalah ...

a. Partai Nasional Indonesia

b. Sarekat Islam

c. Indische Partij

d. Budi Utomo

8. Douwes Dekker adalah seorang keturunan Belanda, tetapi dalam perjuangannya ternyata

menjadi pelopor perdirian partai politik pada tahun 1912. Partai yang didirikan bersama

Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat adalah ...

a. Indische Vereniging

b. Indische Partij

c. Europische Verbond

d. Inlander

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII

84

B. Jawablah dengan singkat !

a. Mengapa pemerintah Belanda melaksanakan politik etis pada bangsa Indonesia ?

b. Jelaskan ciri-ciri pergerakan nasional !

c. Dan jelaskan mengapa Budi Utomo yang dijadikan tonggak lahirnya kesadaran

nasional?

d. Jelaskan faktor-faktor penyebab munculnya pergerakan nasional di Indonesia !

e. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan Komite Bumi Putra, dan mengapa organisasi

ini menjadi penting dalam kaitannya dengan tumbuhnya kesadaran nasional ?

C. Isilah titik-titik dalam kolom berkaitan dengan landasan organisasi dari partai

politik berikut:

Landasan Organisasi

Organisasi Politik

Kebangsaan

......................................................................

Politik

......................................................................

Agama

......................................................................

Ekonomi

......................................................................

Sosialis/Komunis

......................................................................

Refleksi

Pendidikan memiliki arti penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Munculnya

pelopor pergerakan nasional tidak terlepas dari peran kaum intelektual. Ini

menyebabkan pendidikan suatu bangsa menjadi penting artinya. Bagaimana

kepedulian masyarakat sekitar terhadap pendidikan ? Bagaimana upaya

Saudara mensosialisasikan pentingnya pendidikan bagi generasi muda ?

Berorganisasi ternyata merupakan salah satu cara untuk menjalin komunikasi

antara satu dengan yang lainnya, seperti yang terjadi peda sejarah pergerakan

nasional. Para pemuda, pelajar, mahasiswa membentuk organisasi sebagai

wadah perjuangan mereka. Disekolah anda pasti ada juga organisasi yang

dimiliki para siswa. Bagaimanakah upaya kalian untuk mendorong sesama

siswa gar memahami pentingnya berorganisasi ? Langkah apa yang telah anda

lakukan dalam memberikan pemahaman teman-temanmu akan manfaat dari

berorganisasi.